Rabu, 03 Juni 2020
Aksaramu, Apa Kabarnya?
Ngga melulu aksara Jawa doang kok. Intinya sih, ngga tau kenapa golongan muda (ngga tau kisaran umur berapa pastinya yg dianggap muda, tapi menurut sudut pandangku sih yg di bawah 30 tahun) entah dari suku manapun (di Indonesia pastinya) seakan abai dengan aksara asli suku mereka sendiri, malahan mereka belajar aksara asing dengan semangat berapi-api.
Ngga nyalahin sih, boleh-boleh aja, sah-sah aja, cuma ya kalo mau belajar aksara asing mbok ya minimal lu pada mahir dan bangga serta melestarikan aksara suku sendiri. Dan lucunya, muda-mudi masa kini malah lebih bangga bisa baca-tulis Hiragana Katakana Hangeul daripada nulis aksara ya sendiri. Masalahnya kalo bukan lu yg asli dari suku lu yg melestarikan budaya suku lu berupa aksara suku lu, siape lagi?
Gua ngga mau aja kejadian kayak (ini mungkin konteksnya agak ngga nyambung, tapi biarlah) bahasa Reta di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur yg berdasarkan situs https://m.mediaindonesia.com/read/detail/217994-masih-ada-cara-selamatkan-bahasa-reta penutur bahasa Reta tinggal 2 orang, itu pun mereka sudah berusia lanjut.
Atau kejadian macem tahun 2007, lagu Rasa Sayange, lagu asli daerah Maluku (Ambon manise~) diklaim sama negeri "tetangga" tukang maling sia maling budaya yg merdekanya hasil giveaway. Untung aja punya bukti yg mana lagu itu direkam oleh Lokananta, Solo tahun 1962 dalam bentuk piringan hitam (walau begitu si tetangga rancu dengan bukti kuat ini karena teks asli lirik lagu ngga pernah ditemuin) yg ternyata piringan hitam tersebut didistribusiin sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia sepert Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang. (Mampus dah lu pusing tu lagu darimane lagi hahaha dicek aja lengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rasa_Sayange#:~:text=Rasa%20Sayange%20atau%20Rasa%20Sayang,dan%20sosialisasi%20di%20antara%20masyarakat. )
Jadi, masih mau abai dengan aksara suku lu? Ayolah bro sis, ini tugas lu sebagai generasi muda sebagai pelestari budaya suku lu dan budaya Indonesia.
꧋ꦩꦸꦒꦲꦤꦩꦤ꧀ꦥ꦳ꦲꦠꦺꦏꦁꦒꦺꦴꦱꦷꦩꦕ꧉
Jumat, 13 Maret 2020
Layang Wiwitan
Maha Kasih
Penjuru arah memuji
Sungguh seadil-adilnya hakim
Maha Sayang
Seluruh alam memuja
Berkuasa atas pembalasan
Engkaulah sembah dan pasrah
Engkaulah pertolongan dan naungan
Tunjukkanlah jalan luhur
Layaknya yg Kau beri nikmat hingga bersyukur
Tunjukkanlah jalan luhur
Bukan seperti yg sesat lagi kufur
20 Februari 2020
(terinspirasi dari mukadimahNya)
Selasa, 21 Januari 2020
Terpendam Terkuak
Yang terpendam
Dalam kelam
Tersembunyi dan memburam
Terciptanya ilusi
Runtuh oleh
Tangguhnya hakiki
Masa perlahan sirnakan
Segala tipu daya
Yang membungkam kan bicara
Semerbak bangkai menyeruak
Yang terpendam kan terkuak
27 Maret 2018
Rabu, 15 Januari 2020
Jangan Benci Hujan
Jangan membencinya
Walau selama ini menyangka
Bah dan semua penangguhan agenda
Dialah pelaku sebenarnya
Bahkan berkeluh menghujatnya
Bagimu semua salahnya
Bukan, bukan dia
Jangan pernah membencinya
Mulailah evaluasi diri
Segala mara penyebab evakuasi
Ulah makhluk paling berakal di bumi
Buang sampah sumbati kali
Berlagak tukang cukur, hutan digunduli
Ya salah manusia sendiri
Jangan pernah sekalipun membencinya
Dia datang mengemban misi
Pembersih nan suci
Penyegar tuk yang hampirmati
Yang kering terbasahi
Karunia ilahi
Cintailah dia
Seperti dia mencintai manusia
O hujanku sayang
O hujanku malang
Jangan pernah membencinya
Q.S
8:11
43:11
50:9
42:28
15 November 2015
Langganan:
Postingan (Atom)