Minggu, 22 Desember 2019

Mother's Day is Everyday




(Harusnya) kalian sadari bahwa setiap hari dalam hidup kita didedikasikan untuk makhluk yg paling berjasa menjadikan kita manusia yg berguna, tulang rusuk yg super kuat mendengar rengekan manja kita, superhero nyata yg tiap hari tiap napas mendoakan kita yg kadang tanpa kita sadari sering menyakiti hatinya, the strongest lady whom I have ever known, yg biasa kita sebut IBU. Tidaklah pantas apabila balasan kasih sayang kita kepada ibu (yg telah merawat kita dari masih di dalam uterus sembilan bulan sampai jadi insan yg multidisiplin yg hidup di buwana nan multietnik) hanya tercurahkan di satu hari nasional, kasih ibu sepanjang waktu. :)


Sebenernya tiap negara merayakan Hari Ibu, cuma beda tanggal, misal di Mesir tanggal 21 Maret, di Bolivia tanggal 27 Mei, di Yunani tanggal 2 Februari dsb. Terus bagaimana bisa ceritanya Indonesia merayakan Hari Ibu di tanggal 22 Desember? Ini kira-kira ceritanya.


Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.



Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.

Seperti yg gua katakan di awal, silahkan saja merayakan hari Ibu pada tanggal 22 Desember, namun gua pribadi lebih senang bila tanggal 22 Desember disebut sebagai hari perempuan nasional atau yg lebih sesuai lagi adalah hari ulang tahun pembukaan Kongres Perempuan Indonesia, karena sangatlah tak pantas berterimakasih/mencurahkan kasih sayang/memberi penghormatan tertinggi atau apapun itu kepada ibu kita hanya pada satu hari tertentu, karena kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, kasih ibu sepanjang waktu.

Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu

Kamis, 19 Desember 2019

Dio Rama



Dunia
Bak diorama
Narasi mpu semesta
Aneka cipta
Teratur atas kuasa
Kita lakon
Mungil kecil
Mengalir dalam alur

Merasa besar?
Merasa tinggi?
Ingatkah kau?
Sadarkah kau?
Kau hanya butir atomis
Nano mini

Merasa digdaya?
Tak tertandingi?
Mengertilah kau!
Pahamilah kau!
Kau hanya noktah kosmis
Tak berarti

Dunia
Panggung seni
Miliyaran ekspresi
Dari yang kelas paling tinggi
Hingga yang kelas hasil ekskresi
Mahakarya dari Sang Maha Suci


7 Mei 2013

Selasa, 17 Desember 2019

Mal? Amal?



Apa yang kau cari?
Banting tulang
Pagi sampai petang
Hingga patah meremuk usang
Mal atau Amal?

Apa yang kau cari?
Bobol brankas
Dengan beringas
Tanpa sisa kandas
Mal atau Amal?

Apa yang kau cari?
Sikat dana negeri
Raup upeti
Lapar mati tak peduli
Mal atau Amal?

Kais-kais tanpa rasa puas
Dengan dalih hidup sekali nikmati dengan bebas
Terus menimbun hingga meninggi
Menuju fantasi terjang gravitasi
Yang sebenarnya dicari dengan brutal
Mal atau Amal?


5 Mei 2018

Sabtu, 14 Desember 2019

Adiratna Fana



Apa yang ada
Selalu ada dalam benak
Namun hakikatnya
Tiada daya
Tak terelak
Tanpa sisa

Pada dasarnya
Sementara
Dan pada akhirnya
Tak dapat menolak
Tanpa sisa
Tiada sisa

Fana buwana
Buwana fana
Fana buwana
Buwana fana
Fana buwana
Buwana fana

Tapi apa yang kau asa
Terus kumandangkan
Selalu juangkan
Percaya


26 Maret 2015

Jumat, 13 Desember 2019

Adiratna Maya



Terlelap pulas
Angin berhembus harmonis
Paksa mata terbuka malas
Kala masih sayu, terpukau kronis

Permata yg mulia 
Elegan tanpa cela 
Buah tangan raja diraja 
Mahakarya nan sempurna 

Terkagum-kagum
Hingga tak sadar mulut menganga
Kilau meredup menjauh
Tentu tak rela, tak akan rela

Diriku terbuai 
Sayang pun memuai 
Kejar berharap tergapai 
Pasti kan ku tuai 

Seketika sirna
Disambut ramahnya surya
Kokok jago menggema
Gontai awali hari
Dan timbullah sangsi
Bisakah?


27 Januari 2012

Mara Sia-sia


Bergulir mara
Tanpa henti tak balik jua
Bergulir berirama
Selaras detak rotasi buwana

Betapa berharga
Alangkah bermakna
Kan jadi sia-sia
Manakala tiada darma

Sebar benar
Tebar sabar
Satu harapan nyata
Restu Mpu semesta


14 Maret 2010
(terinspirasi Q.S 103 : 1 – 3)

Pisau dan Padi


Si muda keheranan
Apa guna ilmu untuk kehidupan?
Si tua mengibarat
Ilmu itu laksana pisau
Asah terus hingga tajam dan berkilau
Kilaunya silau memukau
Tajamnya bisa mengiris bahkan menikam

Walau akan timbul tanya
Mana misimu?
Bak dua sisi mata uang
Hasan atau hasad
Manfaat atau bejat
Dan konyolnya lebih berat
Ke hasad bin bejat
Hanya demi gembira sesaat bin sesat

Kembali si tua mengibarat
Pisau hanyalah kunci
Pintu mana yg dituju itu urusan si pribadi
Maka jadilah seperti padi
Kian berisi kian merunduk
Rendah bukan berarti lemah
Tunduk bukan berarti takluk
Rendah hati agar ego tak meninggi
Agar bisa berpikir dengan nurani
Bukan berpikir dengan birahi


2 Mei 2019

Rabu, 11 Desember 2019

Diani Aya


Tubuh lebam
Hati terajam
Erang sumbang
Lukiskan kelam
Tanpa daya batin terisak
Beku membisu
Terendap pilu

Bilur terajah
Bercampur nanah
Semerbak darah
Pancarkan pasrah
Tanpa nyala berharap sirna
Beku membisu
Terbujur kaku

Masa demi masa
Siksa demi siksa
Tak mampu melawan
Bahkan sekedar berteriak pun kewalahan

Terngiang tanda tanya
Mengapa ini jadinya?
Apakah ini karma,
atas lampau berjuta alpa?


16 Maret 2019

Kamis, 05 Desember 2019

Resonansi Histori




Tik tik tik
Tik tik tik
Rintik rintik
Air langit bergemercik
Irama bertempo asal
Serupa nada minor
Gelitik auditori gatal
Resonansi menggedor
Menggoda manja saraf otak
Tentu tak bisa berontak

Tik tik tik
Tik tik tik
Larut dalam haru
Seakan de javu
Melamun di kursi biru
Memori ke masa lalu
Kala si balita belum bisa babibu
Kala berebut peran kartun dengan kawan mainku
Kala kama kita menyatu
Susun urut dalam satu

Seketika sadar sekarang
Inikah mesin waktu?
Rintik merangsang
Segala ingatan lalu
Merenungi kenangan
Mengenang renungan
Menjamah sejarah
Batin tergugah

5 Februari 2014